Langsung ke konten utama

LEVEL TEGANGAN GARDU INDUK


Di Indonesia ada beberapa level tegangan yang di gunakan pada gardu induk. Hal ini umumnya didasari pada standar yang menjadi acuan yaitu SPLN. Standar SPLN sendiri sebenarnya mengacu pada Standar Internasional – IEC (International Electrotechnical Commission).

Adapun level tegangan yang umum di gunakan pada Gardu Induk di Indonesia ditunjukan pada tabel berikut ini.
Gardu Induk dengan level tegangan 70kV umumnya di pergunakan di sistem jaringan yang berada di luar Jawa. Di area Jawa sendiri level GI 70KV ini dulunya memang banyak di pasang. Hanya saja dengan semakin berkembangnya dan meningkatnya kapasitas beban maka keberadaannya sudah makin sedikit dikarenakan tergantikan dengan sistem tegangan yang lebih tinggi (150 dan 500kV). Dan banyak dari GI 70kV yang akhirnya di relokasi keluar Jawa agar peralatannya masih bisa digunakan di wilayah jaringan lain yang masih sesuai peruntukannya.
Di luar Jawa, yang masih banyak menggunakan GI 70KV antara lain Sulawesi, Kalimantan, dan beberapa wilayah timur Indonesia lainnya.
GI 150kV sangat umum di temukan di Jawa, karena di level tegangan ini kemampuan penyaluran daya cukup besar dan masih sesuai dengan peruntukan guna penyebaran transmisi daya listrik di Jawa.  GI 150kV juga di aplikasikan di Sumatera, Sulawesi dan beberapa wilayah lainnya.
GI 275kV, umumnya digunakan di sistem transmisi Sumatera dan Kalimantan. Hal ini di karenakan adanya interkoneksi dengan sistem transmisi Malaysia. Sumatera dan Kalimantan dikarenakan keterbatasan pasokan daya listrik dari pembangkit maka masih menggunakan import suplai daya listrik dari Malaysia. Untuk itulah maka terkait dengan keperluan interkoneksi itulah maka sistem tegangan yang dipakai disamakan dengan Malaysia. Namun berdasarkan informasi yang didapat, dikemudian hari sistem tegangan akan dinaikan menjadi 500KV dengan mempertimbangkan dimana Sumatera dan Kalimantan merupakan lumbung Energi yang nantinya menjadi pusat-pusat pembangkit listrik.
GI 500kV, GI dengan level tegangan tertinggi saat ini baru di pasang di sistem jaringan Jawa Bali. Sistem Jaringan Jawa Bali memang layak menggunakan sistem ekstra tinggi ini. Mengingat kapasitas penyaluran daya listrik yang memang sangat besar didaerah ini. Sehingga wilayah Jawa Bali menjadi sebuah sistem yang ter interkoneksi menggunakan sistem poros ini (backbone).

Sudrajat Aryadi
Email: sudrajat.aryadi@gmail.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPE GARDU INDUK #Bagian-1

Pada umumnya gardu induk tegangan tinggi (GITT) dan ekstra tinggi (GITET) terdiri dari dua tipe yang umum di gunakan. Yaitu, tipe Air Insulated Substation dan Gas Insulated Substation. Namun demikian belakang muncul tipe tambahan yaitu tipe Hibrid. Apa dan bagaimana mengenai tipe-tipe tersebut, selanjutnya kami jelaskan sebagai berikut: A.       Air Insulated Substation (AIS) Type ini adalah tipe yang paling banyak di gunakan di Indonesia. Karena sebagaimana namanya, tipe gardu induk ini mengandalkan isolasi udara, itu sebabnya gardu ini di sebut dengan Air Insulated Substation. Komponen HV apparatus (CB, DS, dll) terpasang secara sendiri-sendiri dengan dihubungkan oleh konduktor aluminium ataupun menggunakan tube conductor. Gambar CB pada GI tipe AIS  Gambar DS pada GI tipe AIS Gambar CVT dan LA pada GI tipe AIS Tipe ini banyak di pilih dengan pertimbangan harga pembangunannya paling murah di banding tipe yang lain. Disamping harga, hal lain yang men

TIPE GARDU INDUK #Bagian-3

C.       Gardu Induk Hibrid Gardu Induk tipe hibrid (hybrid system) merupakan tipe gardu induk yang muncul belakang sebagai solusi alternatif. Ada beberapa pengguna yang menginginkan tipe hibrid ini. Pertimbangan – pertimbangan berikut adalah: 1.        Lahan Alokasi lahan yang di gunakan bisa lebih kecil di bandingkan tipe AIS.  Dengan susunan peralatan yang kompak maka alokasi lahan yang dibutuhkan bisa lebih banyak di hemat. 2.        Waktu pemasangan. Salah satu yang menjadi pertimbangan berikutnya adalah waktu pemasangan. Peralatan tipe hibrid ini memiliki durasi pemasangan lebih cepat di banding dengan tipe AIS. Dikarenakan mayoritas komponen di pasang secara prefab. Komponen HV apparatus (CB, CT, CVT, DS, ES) dirangkai di pabrik, sehingga dilapangan hanya tinggal instalasi satu paket HV aparatus tersebut kemudian di hubungkan dengan rangkaian busbar serta dikoneksi rangkaian kontrolnya.   3.        Lokasi Pemasangan GI tipe ini bisa dipasang baik di luar ruang

TIPE GARDU INDUK #Bagian-2

B.       Gas Insulated Substation (GIS) Tipe Gardu Induk ini mengandalkan gas SF6 (Sulfur Hexafluoride). Gas ini mempunyai kemampuan mengisolasi yang sangat baik. Sehingga pada level tegangan tinggi sekalipun penggunaan isolasi gas ini telah menjadi hal yang menguntungkan karena dapat menghemat penggunaan ruang yang sangat signifikan. Gambar: Gardu Induk tipe GIS Semua komponen utama seperti CB, DS, ES, CT, CVT, dan busbar dimasukkan kedalam tabung silinder. Tabung silinder ini kemudian diisi dengan gas SF6 bertekanan. Tekanan gas sf6 harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran. Pengukuran atau pengecekan tekanan gas harus di lakukan secara periodik. Karena sekalipun sudah terdapat alat ukur berupa pressure indikator yang terpasang namun tetap harus dilakukan pemantauan rutin. Karena kunci keamanan operasi gardu induk ini benar-benar mengandalkan gas sf6 dengan tekanan tertentu sesuai rekomendasi pabrik yang harus di jaga terus menerus. Gardu Induk tip